Rumah tradisional tersebar di seluruh wilayah Indonesia memiliki karakteristik masing-masing. Proses pembuatan rumah tradisional memiliki kaidah tersendiri yang didasarkan atas refleksi dari berbagai aspek kehidupan masyarakat. Refleksi dari pemikiran masyarakat tradisional memunculkan berbagai keunikan dan karakteristik dalam perkembangan pembangunan rumah tradisional.
Masyarakat Jawa memiliki nilai-nilai sarat dengan nilai etika dan estetika. Salah satu bentuk nilai-nilai tersebut adalah Joglo yang memiliki pengetahuan lokal budaya Jawa. Struktur bangunan rumah tradisional Joglo mencerminkan komposisi ruang bangunan khas.
Rumah tradisional Joglo tidak hanya sebuah tempat untuk berlindung, tetapi sebagai perwujudan dari cita-cita dan pandangan hidup atau fungsi simbolis dan diharapkan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi penghuninya. Bangunan fisik selalu menandai tingkat perkembangan kehidupan manusia, sehingga setiap bangunan sarat dengan nilai-nilai filosofi. Hal ini menunjukkan bahwa bangunan-bangunan fisik yang sampai di masa sekarang merupakan representasi kehidupan manusia yang membuatnya. Nilai-nilai filosofi dalam rumah tradisional Joglo, yaitu memiliki berbagai keindahan budaya dan seni yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakatnya.
Mengenal Rumah Tradisional Joglo
Konstruksi rumah joglo dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian bawah yang terdiri dari bebatur, umpak, dan jogan, bagian tengah terdiri dari saka guru, saka rawa, bahu dhanyang, banon, lawang, cendhela, tebeng lung-lungan, dan tebeng panahan, bagian atas terdiri dari sunduk penyelak, sunduk pamanjang, dhadha peksi, tumpangsari yang meliputi : blandar lar-laran pamanjang, blandar lar-laran penyelak, blandar singup pamanjang, blandar singup panyelak, blandar pamidhangan pamanjang, dan blandar pamidhangan penyelak, nanasan atau prit gantil, sindik atau pantek, kolong, molo, dan bangkok atau makutha.
Nilai filosofi pada rumah tradisional Joglo, yaitu memiliki berbagai keindahan budaya dan seni yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakatnya. Joglo merupakan salah satu bentuk rumah tradisional Jawa dan Joglo merupakan tipe rumah tradisional Jawa yang paling lengkap susunannya sehingga terdapat nilai-nilai filosofi pada setiap konstruksinya.
Rumah Joglo Tumenggungan
Rumah Joglo Tumenggungan terdiri dari 2 macam bentuk rumah, yakni yang pertama atap pendhapa berbentuk Joglo, pringgitan, dalem, senthong kiwa, senthgong tengah, dan senthong tengen menjadi satu atap berbentuk Joglo, atap gandhok dan gadri berbentuk kampung. Yang kedua, atap pendhapa berbentuk Joglo, pringgitan berbentuk limasan, dalem, senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen, menjadi satu atap berbentuk Joglo, atap gandhok dan gadri berbentuk kampung.
Rumah Kalang
Rumah Kalang adalah rumah yang dimiliki oleh keluarga Kalang. Rumah Kalang merupakan campuran antara tatanan indigenous (pribumi) dan gaya asing (Barat, Cina, dan Arab). Menurut sejarah, keluarga Kalang merupakan keturunan Demang Kalang, seorang ahli bangunan dan ukiran. Keahlian inilah yang menyebabkan keluarga Kalang banyak berhubungan dengan kerajaan Mataram dan pemeritah kolonial Belanda.
Rumah Kalang terdiri dari 2 macam bentuk rumah, yaitu yang pertama atap pendhapa berbentuk limasan, tidak memiliki pringgitan, dalem, senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen menjadi satu atap berbentuk Joglo, atap gandhok dan gadri berbentuk kampung. Yang kedua, atap pendhapa berbentuk Joglo, pringgitan, dalem, senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen menjadi satu atap berbentuk Joglo, gandhok dan gadri berbentuk kampung.
Rumah Joglo Biasa
Rumah Joglo milik rakyat biasa di Jagalan terdiri dari dua ruangan, yaitu pringgitan atau emperan dan dalem terdapat tiga ruangan kecil yang disebut senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen. Kedua ruangan ini menjadi satu bangunan bentuk rumah Joglo. Rumah Jawa milik rakyat biasa ada yang memiliki tiga ruang yaitu: pendhapa menggunakan bentuk rumah Joglo, pringgitan dan dalem terdapat tiga ruangan kecil yang disebut senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen. Pringgitan dan dalem menjadi satu bangunan bentuk rumah Joglo.
Nilai Filosofis Kontruksi Rumah Joglo
Struktur bangunan yang tahan gempa, titik kritis terletak di sambungan. Sehingga sambungan yang tidak kuat akan menyebabkan kerusakan parah pada daerah sambungan tersebut dan akibatnya bangunan akan runtuh. Pada bentuk rumah Joglo sambungan terdapat pada pertemuan umpak-soko guru yang bersifat sendi, dan soko guru-blandar-sunduk-atap yang bersifat jepit.
Kombinasi dua sifat sambungan ini dapat mengatasi gaya gempa, dimana sifat sendi pada umpak sebagai upaya mengurangi getaran gempa yang sampai ke soko guru dan sifat jepit pada blandar menjadikan atap berlaku seperti bandul untuk menstabilkan bangunan ketika menerima gaya gempa.
Jagalan
Nilai-nilai filosofi yang terdapat pada kontruksi rumah Joglo di Jagalan yang diyakini oleh masyarakat Jawa khususnya tidak sebatas pada pola pikir, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan. Ajaran-ajaran menjadi tuntunan bersikap oleh masyarakat Jawa.
Rumah tradisional Jawa mempunyai filosofi dan tujuan yang diwujudkan melalui simbol-simbol atau lambang. Simbol tersebut antara lain yang ditentukan dalam konstruksi bangunan rumah Joglo. Simbol-simbol tersebut merupakan petunjuk para leluhur yang dilaksanakan oleh keturunannya.
Baca juga: Merawat gazebo tetap awet! gunakan cara ini!
Bebatur
Bebatur atau pondasi adalah dasar, landasan. Bebatur mempunyai lambang dari keyakinan yang harus kokoh atau kuat. Sehingga tidak akan goyah apabila bahaya datang. Umpak merupakan simbol seperti halnya manusia yang memiliki alas kaki atau sepatu, yang memiliki konsep makna pemimpin itu tidak akan kuat jika tidak dilapisi yang dibawahnya, sehingga menjadi satu kesatuan yang kuat.
Saka
Saka atau tiang atau cagak menurut ilmu konstruksi disebut sebagai kolom, yakni elemen bangunan yang menahan beban longitudinal. Adalah balok antar tiang yang berfungsi meneruskan beban dari atap kepada tiang penyangga. Saka guru simbol dari adanya sesuatu yang ditinggikan, yaitu Tuhan. Saka rawa adalah delapan sifat alam. Bahu dhanyang ini dipercaya sebagai tempat roh penunggu.
Banon
Banon diberi makna keterbukaan dan melindungi. Maksudnya adalah rumah tradisional joglo selalu terbuka untuk siapapun sekaligus bermakna melindungi penghuninya dari berbagai kondisi.
Lung-Lungan
Lung-lungan, memiliki makna segala sarana yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan atau cita-cita yang lebih tinggi.
Panahan
Panahan bermakna sebagai penolak bala atau agar rumah mendapat keamanan.
Tumpangsari
Tumpangsari adalah balok-balok pengikat saka guru yang disusun seperti piramida terbalik. Ritual dibawah tumpangsari menunjukkan hubungan vertikal dengan Tuhan.
Nanasan
Nanasan memiliki makna bahwa setiap manusia untuk memperoleh keinginannya, harus bisa mengatasi segala rintangan yang menghampirinya.
Sindik
Sindik menggambarkan alat kelamin laki-laki.
Kolong
Kolong menggambarkan alat kelamin perempuan.
Molo
Molo adalah lambang dunia ats atau disebut mikrokosmos. Molo atau balok yang letaknya paling atas, yang dianggap sebagai kepala bangunan.
Bongkok
Bongkak atau hiasan makutha ini memiliki makna agar seisi rumah selamat, tentram, dan selalu dalam perlindungan-Nya.
Itulah artikel singkat mengenai silosofi rumah tradisional joglo yang bisa menjadi edukasi buat Anda, semoga tulisan ini bisa membawa kebermanfaatan bagi pembaca sekalian. Salam lokal jogja!