Konstruksi Rumah Tahan Gempa – Gempa (gempa bumi) adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismic. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi).
Skala Richter (SR) didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitude maksimum, yang diukur dalam satuan micrometer dari rekaman gempa oleh seismometer Wood-Anderson pada jarak 100 km dari pusat gempanya.
Rumah tahan gempa adalah rumah yang dimana jika ada gempa pada skala tertentu tidak banyak menimbulkan kerusakan dibanding dengan rumah lainya.
Yang harus diperhatikan dalam membangun rumah tahan gempa adalah detail penempatan dan pembuatan Sengkang (ring pada balok) yang benar, hal tersebut dapat mencegah rumah roboh dan hancur saat gempa.
Jarak kerapatan sengkang satu sama lain dapat sekitar 5 cm. Namun patokan yang benar, batu untuk campuran beton yang dipergunakan harus tak bisa lolos. Jika ukuran kerikil batu sebesar 2 cm, maka kerapatan sengkang tak lebih dari 2 cm.
Konstruksi Rumah Tahan Gempa
Ada beberapa teknologi lain yang dapat digunakan dalam membuat rumah tahan gempa, yaitu:
1. Sistem Baut
Rumah hasil karya Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Solo ini dibuat dengan desain rumah panggung dengan pondasi setempat atau umpak dari beton yang dihubungkan dengan baut ke struktur utama yang terbuat dari baja anti karat. Dinding bagian bawah terbuat dari plat dengan ketebalan 1 mm dan dilapisi powder painting agar tidak mudah berkarat.
Untuk dinding bagian atas berupa humanboard, yaitu campuran serat kayu dengan semen dengan ketebalan tertentu. Pencampuran semen yang banyak membuat dinding ini tahan api. Selain itu, ada juga pilihan dinding campuran antara stereofoam dengan semen sehingga tahan guncangan.
Pada bagian atapnya, dibuat dari seng yang dilapisi alumunium sehingga tahan karat. Sementara untuk kusen jendela dan pintu digunakan alumunium yang ringan dan tahan karat.
2. Desain yang dikembangkan Menristek
Bagian pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana hubungan antara sloof dengan pondasi menggunakan angker setiap 0.5 meter supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof. Sehingga pada saat terjadinya gempa, ikatan antara pondasi dengan sloof tidak lepas.
Dinding yang dipakai merupakan perpaduan dari penggunaan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu bata. Untuk menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof, digunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter.
Untuk mengatasi adanya gaya horizontal akibat gempa, dinding dipasang pengikat silang sebagai pengaku. Setiap bukaan yang cukup lebar seperti pintu, jendela harus di pasang balok lintel yang disatukan dengan kayu kusen atas.
Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran 2 x 5/10 (ukuran pasar). Untuk menahan gaya geser akibat gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentuk U yang ditanam dalam adukan beton sloof.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horizontal jangan terletak pada titik buhul untuk menghindari terjadinya lendutan, harus di hamai antara sambungan tarik dan sambungan tekan.
Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3 untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik, mengingat atap yang digunakan adalah seng yang cukup panas.
Ciri Konstruksi
Kunci utama dari konsep rumah tahan gempa berada pada strukturnya. Struktur rumah tahan gempa harus mampu menyalurkan gaya inersia gempa ke pondasi dan ke tanah.
Hal ini membuat tingkat fleksibilitas dari struktur rumah tahan gempa berserta bahan bangunan yang digunakan sangatlah penting. Untuk memperjelas, berikut penjabaran beberapa elemen struktur rumah tahan gempa.
1. Pondasi yang Digunakan
Struktur paling bawah dari rumah tahan gempa ini berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Selain harus berdiri di tanah dengan permukaan yang keras, kedalaman minimum dari pondasi haruslah 60 hingga 75 cm.
Selain itu, struktur pondasi rumah tahan gempa juga harus terhubung kuat dengan sloof melalui pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m.
2. Pemilihan Beton
Komponen beton pada rumah tahan gempa harusnya dengan komposisi pasir (agregat halus, kerikil (agregat kasar) air dan semen yang presisi sehingga mengurangi resiko terjadinya retakan yang berujung pada patah atau runtuhnya beton pada saat gempa.
Dalam membuat konstruksi rumah tahan gempa, struktur beton bertulang perlu diperhatikan. Selain memastikan tulangan telah dihitung dengan detail sehingga mampu menahan beban inersia gempa, pastikan juga komposisi dari campuran beton diukur dan dicampur dengan presisi sehingga beton bertulang yang dihasilkan memiliki kualitas terbaik.
3. Beban Material
Setelah memastikan komponen struktur dari rumah tahan gempa telah baik dan benar, lakukan pemilihan material rumah tahan gempa yang tepat, yaitu meminimalisir berbagai material bangunan yang bisa menambah beban dari bangunan tersebut saat terjadi gempa.
Anda bisa mengganti konstruksi atap konvensional dengan konstruksi baja ringan. Dengan material yang tepat, efek gempa pada hunian bisa diminimalisir.
Demikianlah ulasan mengenai konstruksi rumah tahan gempa yang perlu Anda ketahui sebelum membangun hunian impian untuk meningkatkan daya tahan dan juga keamanan dari hunian. Selamat mewujudkan konsep rumah tahan gempa pada hunian impian Anda.
Anda juga bisa memilih jasa kontraktor profesional sebagai mitra untuk pembangunan rumah Anda. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Simak artikel bermanfaat lainnya di sini.