10 Bangunan Kompleks Kepatihan Kota Yogyakarta

Laju pembangunan di indonesia sangat pesat sekali. Hampir di semua tempat, berbagai jenis bangunan kompleks kepatihan dengan desain bangunan yang bersahaja membawa nuansa dan suasana tersendiri. Namun, sangat disayangkan bahwa bangunan-bangunan baru yang megah dan modern tersebut kadang-kadang di dirikan diatas puing-puing bangunan kuno yang memiliki nilai sejarah dan arkeologis yang dapat memberian bukti ketinggian tingkat peradaban bangsa indonesia masa lampau.

Apabila di tinjau dari kepentingan umum terutama dari segi kepraktisan dan faktor ekonomisnya bangunan baru yang dirancang untuk kepentingan tertentu (kantor, gedung, bioskop, pertokoan, pasar, bendungan dan sebagainya) jauh lebih bermanfaat dibandingkan bangunan kuno yang rapuh dan muram. Tetapi harus diingat, bahwa kebutuhan manusia hidup tidak hanya terbatas pada hal-hal yang praktis dan ekonomis saja, seringkali mereka memerlukan santapan batin diluar kepercayaan yang mereka anut.

Pengetahuan dari masa lalu dapat di jadikan cermin bagi kehidupan dimasa sekarang dan dapat di pakai sebagai dasar untuk melangkah kemasa depan. Keberhasilan, kemegahan, kegagalan, kehancuran dan pengalaman generasi terdahulu merupakan sumber pelajaran dan inspirasi dan dapat membangunkan semangat patriotisme bagi kita yang hidup masa sekarang. Dalam fungsi ini bangunan sejarah adalah sebagai tugu peringatan yang mengarahkan kita untuk selalu berpaling dan menengok kebelankang, melihat keadaan diri sendiri sebelum melangkah ke depan.

Sebuah bangunan bersejarah yang memiliki ciri khas merupakan obyek wisata yang cukup menarik baik bagi wisatawan asing maupun domestik. Kunjungan wisatawan secara tidak langsung akan ikut meningkatkan penghasilan daerah. Kota yogyakarta selain diberi predikat sebagai kota pelajar dan kota budaya, terkenal dengan obyek wisatanya. Sebagian dari obyek wisata tersebut berbentuk peninggalan kuno, baik yang masih berstatus monumen hidup maupun yang berstatus monumen mati.

Sebuah bangunan bersejarah yang memiliki ciri khas merupakan obyek wisata yang cukup menarik baik bagi wisatawan asing maupun domestik. Kompleks kepatihan menjadi salah satu diantaranya.
Nampak dalam kompleks kepatihan, sumber: dolandolen.com

Dalem Ageng

Dalem ageng merupakan bangunan utama di dalam kompleks kepatihan. Bangunan ini mempunyai atap berbentuk joglo yang keliling keempat sisinya diberi tambahan atap berbentuk lingkaran. Sebagai penutup atap digunakan genteng. Pintu, jendela yang berukuran besar serta bentuk plaster dinding temboknya memberikan kesan adanya pengaruh eropa pada gaya bangunan

Seperti lazimnya rumah tradisional jawa, lantai tengah dalem ageng sengaja dibuat lebih tinggi dibandingkan lantai di sekitarnya. Sebab menurut konsep jawa bagian bangunan ini dianggap seci. Kesucian dalem ageng dinyatakan dengan ditempatkannya pendaringan di tengah ageng bangunan. Dalam masyarakat petani di Jawa, pedaringan sering di sebut dengan istilah pasren yang artinya tempat dewa dewi kepercayaan mereka.

Dalam rumah seseorang bangsawan, pendaringan meskipun dilengkapi dengan tempat tidur beserta perlengkapan lainnya tidak pernah digunakan oleh penghuninya sebab bagian ini memang khusus diperuntukkan bagi kekuatan supernatural yang dianggap menguasai lingkungan tersebut.

Dahulu fungsi dalem ageng adalah untuk menyimpan pusaka, sedang sekarang di samping untuk menyimpan gamelan dipakai pula untuk menyimpan beberapa meja kursi. Emper utara dan timur dalem ageng yang cukup lebar sekarang diberi dinding penyekat sehingga emper yang aslinya terbuka kini berubah menjadi ruangan-ruangan perkantoran.

Dalem ageng merupakan bangunan utama di dalam kompleks kepatihan. Bangunan ini mempunyai atap berbentuk joglo yang keliling keempat sisinya diberi tambahan atap berbentuk lingkaran.
Nampak depan dalem agung, sumber: agoda.com

Dalem Ageng merupakan salah satu bangunan di lingkungan kompleks kepatihan yang menurut para sejarawan tidak akan di pagar. Namun apabila bangunan ini dipertahankan sebaiknya dinding penyekat emper dihilangkan sehingga penampilan bangunan nampak asli.

Bangsal

Di depan dalem ageng (selatan) terdapat bangsal atau pendopo. Sebenarnya di antara Dalem Ageng dan Bangsal terdapat pringgitan, namun karena batas Bangsal dan pringgitan tidak diberi dinding, maka seolah-olah pringgitan telah menjadi satu dengan Bangsal. Seperti Dalem Ageng, Bangsal juga memiliki atap joglo yang keliling keempat sisinya diberi tambahan atap berbentuk limasan. Sebagai penutup atap digunakan genteng.

Bangsal merupakan bangunan konstruksi kayu (tiang) yang dibuat terbuka tanpa dinding penyekat. Sejak dahulu sampai sekarang bangsal digunakan sebagai tenpat pertemuan, rapat dan berbagai pertunjukkan kesenian. Bangunan inti yang beratap joglo mempunyai lantai yang lebih tinggi dibandingkan bagian bangsal yang beratap limasan.

Perbedaan ketinggian lantai pendopo (bangsal) sangat menguntungkan apabila ada pertunjukkan kesenian sebab para penari yang berada dibagian yang lebih tinggi akan mudah terlihat oleh penonton yang duduk di tempat yang lebih rendah.

Bangsal merupakan bangunan konstruksi kayu (tiang) yang dibuat terbuka tanpa dinding penyekat.
Nampak dalam bangsal, sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Gedong Wilis

Di sebelah barat Dalem Ageng terdapat bangunan yang disebut gedong wilis yang dahulu berfungsi sebagai paviliyun. Sekarang bangunan ini digunakan sebagai kantor kepala daerah atau wakil kepala daerah.

Gedong Wilis menghadap ke selatar dan bangunannya terdiri atas bagian kuncung,pendopo kecil beratap limasan dan bangunan induk yang juga beratap limasan. Meskipun tata letak bagian-bagian bangunannya berciri tradisional jawa, namun pengaruh bangunan eropa dapat dirasakan kehadirannya.

Di depan Gedong Wilis terdapat regol yang bentuk bagian atasnya mirip tympanun arsitektur yunani. Regol dalam bentuk yang sama juga terdapat di sebelah timur Bangsal.

Gadri

Gadri dahulu merupakan ruang makan, namun sekarang telah berubah fungsi menjadi ruang rapat. Bangunan ini berada di sebelah utara (belakang) Gedong Wilis. Bangunan menggunakan konstruksi tembok dengan atap berbentuk limasan.

Gadri akan direnovasi dengan tambahan kuncung atau teras dibagian depannya (utara). Ditinjau dari segi nilai arsitekturnya, Gadri memang kurang mengesankan,oleh sebab itu modifikasi bentuk Gadri untuk mencapai keseimbangan estetis dengan bangunan baru di sebelah utaranya nampaknya memang diperlukan.

Gadri dahulu merupakan ruang makan, namun sekarang telah berubah fungsi menjadi ruang rapat. Bangunan ini berada di sebelah utara (belakang) Gedong Wilis.
Kelihatan dalam gadri, sumber: krjogja.com

Mengingat Gadri merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Bangsal, Dalem Ageng dan Gedong Wilis usaha untuk tetap mempertahankan arsitekturnya sangat menggembirakan.

Gedong Pasiraman

Dahulu dipakai sebagai tempat pondokan para sentono, pernah dipakai sebagai gudang dan sekarang sudah tergusur oleh adanya bangunan baru. Bagaimana bentuk asli bangunan tersebut belum sempat terdokumentasikan.

Baca juga: Metode pengawetan bambu mudah berkualitas

Namun berdasarkan peta situasi tahun itu dapat diketahui bahwa Gedong Pasiraman merupakan bangunan berdenah empat persegi panjang yang membujur ke arah timur-barat. Letak bangunan ini berada di sebelah utara Dalem Ageng. Antara Gedong Pasiraman dan Dalem Ageng dihubungkan dengan door loop yang kini masih tersisa sebagian.

Bale Tundo

Bale Tundo terletak di sebelah barat Gadri. Bangunan ini dahulu berfungsi sebagai kamar keluarga senton, kemudian menjadi kantor urusan rumah tangga kepatihan. Bangunan berdenah empat persegi panjang, berdinding tembok, beratap genting dengan bentuk atap limasan. Menurut sejarawan Bale Tundo akan direnovasi dan dijadikan cart Port gubernur dan wakil gubernur.

Bale Kenyo

Bale Kenyo terletak tepat di sebelah selatan bale tundo. Dahulu bangunan ini digunakan untuk tempat membuat surat keputusan, kemudian difungsikan menjadi kantor Dworo Puro dan kini ditemtapi baian santel. Bangunan berdenah empat persegi panjang, berdinding tembok, beratap genting dengan bangun atap limasan dan menghdap ke selatan. Riwayatnya bangunan ini akan dibongkar dan bekasnya dibiarkan menjadi halaman terbuka tanpa bangunan.

Pacar Binatur

Pacar Binatur terletak di sebelah selatan bale kenyo dan berada di sebelah barat gedong wilis. Bangunan ini berfungsi sebagai kantor BPH, namun sekarang dikosongkan. Bangunan berdenah empat persegi panjang, berdinding tembok, beratap genteng dengan bangun ruang limasan dan menghadap ke timur. Bangunan ini akan direnovasi dan difungsikan sebagai kantor sekwilda.

Bale Rini

Bale Rini berada di sebelah selatan pacar binatur. Bangunan ini berdenah empat persegi panjang, berdinding tembok, beratap genteng dengan bangun ruang limasan, Dahulu banguna ini berfungsi sebagai kantor asisten BPH dan sekarang menjadi kantor bagian protokol. Setelah direnovasi bangunan ini akan digunakan sebagai ruang tamu gubernur dan wakilnya.

Pracimosono

Bangunan ini terletak di sebelah selatan bale rini dan di sebelah barat bangsal. Pracimosono dahulu digunakan sebagai tempat tidur patih Danurejo 8, kemudian menjadi kantor sekretariat Pemda dan Dinas Keuangan serta kini menjadi biro umum, kantor sekwilda dan asa. Sekwilda serta ruang pertemuan. Bangunan berdenah huruf L, berdinding tembok dan beratapkan genteng berbentuk limasan. Bangunan ini dibongkar dan diganti menjadi bangunan baru yang akan digunakan sebagai puskom.

Demikianlah 10 jenis bangunan di kompleks kepatihan kota yogyakarta yang bisa kami sajikan untuk para pembaca sekalian, semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi kita semua, dalam menambah wawasan kita tentang kearifan kultur dan budaya lokal. Salam Lokal Jogja!

Leave a Comment